Selamat Datang di Blog Bukan Artikel Biasa! Blog tempat membaca Artikel-Artikel Pilihan dan Download Game - Software Gratis!

Tuhan Kok Dipantati

ini catatan saudara kita di
situs http://filsafat.kompasiana.com/2010/09/17/tuhan-kok-dipantati/

begini ceritanya...
anakku yang umur 3 tahun, cewek, yang punya karakter “sak karepkku” (versi Jawa) alias “semau gue” (versi Betawi). Tadi pagi dia sholat, sajadahnya digelar, dan sholatnya menghadap ke Timur. Aku bilangi dia, “Nak…., Mel…, sholatnya menghadap ke Barat ya! Itu keliru,” kataku dengan nada biasa. Aku berusaha menasihati tidak dengan bahasa marah, mencoba dengan bahasa ramah. Ternyata omonganku tidak digubrisnya. Dia dengan tenangnya tetap sholat, menghadap ke Timur. Saya juga nggak tahu itu sholat apa. Dia pasti belum ngerti apa itu sholat Duha. Kalau saya yang menilai ya paling dia latihan sholat.

Melihat hal yang dianggap keliru, anakku cewek yang umur 6 tahun, si Im, menegur adiknya itu. “Heee! Anak nggak tahu sopan!” Sayangnya tegurannya terlalu keras, sehingga Mel ngambek, berhenti sholat, malah nangis gulung-gulung di lantai.

“Im, kalau negur adik ya jangan keras-keras begitu! Kamu beri contoh aja, kamu sholat menghadap ke Barat!” Aku menegur Ima. “Apa maksudmu kok katamu adik Mel tidak tahu sopan?” tanyaku.

“Iya Yah. Masak Allah kok dipantati? Mestinya orang sholat kan menghadap ke Barat, bukan ke Timur!” jawab Ima yang membuatku tertawa. Saya tidak menyangka dia punya pikiran “tidak sopan kepada Allah” dengan menggunakan kalimat “Masak Allah kok dipantati.” Walah…..anak-anak kecil ternyata bisa mengaplikasi pemahamannya tentang ilmu dan informasi yang dia peroleh.

Kejadian itu membuatku mikir, andai saja tiap harinya aku kumpul bergaul dengan anak-anakku 24 jam, pasti banyak yang lucu-lucu, seperti seringnya pengasuh anak-anakku (yang minta pensiun dini itu) bercerita kepadaku tentang peristiwa-peristiwa yang lucu dari anak-anakku setiap malam aku pulang kerja.

Kiranya, ke depan saya harus juga menjelaskan kepada anak-anakku, bahwa “ke manapun wajahmu menghadap, di situ Tuhan ada”. Hanya, dalam ritual sholat memang sudah ditetapkan harus menghadap ke Ka’bah yang letaknya tidak mesti di arah Barat, tergantung posisi orang Islam yang sholat.

Arah ke ka’bah itu adalah arah persatuan gerak, keyakinan dan semangat kaum muslim. Sedangkan Tuhan itu mustahil cuma nongkrong di dalam Ka’bah, wong Tuhan itu Maha Besar, kebesarannya melebihi besarnya Ka’bah. Jika masjid disebut Baitullah, maknanya bukan berarti Allah itu rumahnya di masjid, tapi masjid tempat ibadah.

Ibadah itu maknanya penundukan diri. Dalam bahasa sederhananya “menyembah.” Menyembah artinya bukan cuma atau sekadar bersujud, sebab dalam sebuah hadits qudsi juga diceritakan bahwa Allah menyuruh ahli ibadah ritual ke dalam neraka gara-gara “tidak mau memberi makan Tuhan yang kelaparan, tidak mau memberi baju Tuhan yang kedinginan dan tidak mau menengok Allah ketika Allah sakit.” Ibadah ternyata punya dimensi sosial yang jika itu ditinggalkan maka ibadah ritual tidak diterima, dianggap kosong.

Allah telah mengidentikkan diriNya dengan kaum lemah. Jika kita acuh, tidak mau membela dan membantu serta menemani kaum lemah (mustadh’afin) maka kita terancam tidak bakal diterimaNya. Cuek kepada kaum yang lemah itulah sama halnya memantati Tuhan.

Makanya, daripada kita ribut-ribut berebut kebenaran atas dasar keyakinan, saling bakar, saling tikam, marilah kita sama-sama membela, menemani dan memperhatikan Tuhan yang sedang kelaparan, nggak punya baju dan sedang sakit.

0 comments:

Post a Comment