Selamat Datang di Blog Bukan Artikel Biasa! Blog tempat membaca Artikel-Artikel Pilihan dan Download Game - Software Gratis!

Hari Minggu sore tadi puluhan tokoh nasional seperti aktivis hukum, LSM, wartawan senior, dosen, hingga artis mengumumkan berdirinya gerakan Cicak, singkatan dari Cintai Indonesia Cintai KPK.
Mereka antara lain mantan Ketua KPK Taufiqqurahman Ruki, Sekjen Indonesia Corruption Watch Teten Masduki, Todung Mulya Lubis dari Transparency International Indonesia, Tumpak Hatorangan Panggabean, Effendy Ghazaly, Imam Prasodjo, wartawan senior Tempo Bambang Harymurti, wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy, sampai selebriti Luna Maya. Beberapa hari terakhir teman-teman blogger Tanah Air juga sudah mulai mendukung gerakan Cicak ini, dengan memasang banner Cicak Lawan Buaya.

Bunyi deklarasi Cicak – Cintai Indonesia, Cintai KPK:

Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang telah merampas hak asasi rakyat Indonesia dan merendahkan martabat bangsa. KPK merupakan harapan utama rakyat untuk memberantas korupsi. KPK telah menjadi ujung tombak yang efektif dalam memerangi korupsi yang mengakar di negeri ini.
Namun saat ini banyak pihak berusaha mematikan dan melemahkan KPK. Serangan terhadap KPK adalah serangan terhadap kita semua, dan kehancuran KPK adalah kehancuran kita semua.
Karena itu, pada hari ini, Minggu 12 Juli 2009, kami Gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK: Bertekad mendukung serta mempertahankan KPK demi kelanjutan perang terhadap korupsi. Mengecam semua pihak yang ingin melemahkan dan mematikan KPK [dikutip dari Kompas].

Cicak itu baik, buaya itu predator, ayo matikan buaya!

Cicak berani melawan buaya adalah gerakan spontan mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi [KPK] menyusul adanya upaya-upaya untuk membubarkan KPK. Cicak menjadi semakin berani dan langsung menampakkan wajahnya setelah di majalah Tempo edisi pekan lalu Kabareskrim Markas Besar Polri, Komjen Susno Duadji, mengatakan, “Cicak kok mau melawan buaya.”
Komjen Susno lagi sewot melihat KPK, tulis Tempo, karena handphonenya disadap oleh lembaga pemberantas “tikus-tikus kantor” itu. Lewat rekaman ponsel Susno terungkap bahwa petinggi Polri ini diduga pernah meminta uang Rp10 milliar sebagai imbalan memperlancar urusan pencairan uang PT Lancar Sampoerna Bestari, tapi Susno membantahnya.
Soal KPK, Susno berkata pada Tempo: “Jika dibandingkan, ibaratnya di sini buaya di situ cicak. Cicak kok melawan buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya masih bodoh saja.”

Tonton video contoh betapa ganasnya buaya

Blog Berita dari dulu mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi. Buat teman-teman blogger, bila kau tidak setuju dengan korupsi, marilah bersama-sama mendukung KPK dengan menulis artikel atau sekadar memasang banner Cicak Lawan Buaya.
Untuk teman-teman wartawan media pers, gencarkan lagi pemberitaan mengkritik pejabat semacam Susno Duadji, dan sebaliknya beri dukungan maksimal bagi orang-orang KPK supaya mereka tidak patah semangat dalam menjalankan tugas mulianya.
Buat mahasiswa dan aktivis LSM, galanglah sebuah demo kecil-kecilan di daerahmu masing-masing untuk menyokong KPK dan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Atau setidaknya bagikan brosur dan stiker.
Kepada pendeta, ustad, tokoh adat, pengetua masyarakat, guru, dll, sampaikan pada tetangga dan komunitasmu bahwa rakyat Indonesia perlu mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi — sekalipun KPK diibaratkan hanya seekor cicak menghadapi buaya. Ayo, kawan, biarlah kita juga menjadi bagian dari cicak yang berani melawan buaya.

0 comments:

Post a Comment