Setiap manusia memiliki naluri seks dan karena itu wajar merasa senang dengan materi seks. Namun demikian, bila remaja sudah sering mengkonsumsi pornografi, dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi. Karena itu, mengkonsumsi pornografi sejak remaja potensial mendorong tumbuhnya perilaku seks di luar pernikahan yang tidak bertanggungjawab. Peran orang tua sangatlah penting dalam mencegah pornografi dalam kalangan remaja, terutama dalam pendekatan dalam agama.
Perkembangan teknologi seperti internet memang baik apabila dimanfaatkan dengan benar. Seperti untuk mencari informasi dengan lebih mudah atau untuk bersosialisasi. Berbeda halnya dengan dampak positif, dampak kemajuan teknologi apabila tidak dimanfaatkan secara baik, maka akan menghasilkan dampak negatif, seperti merusak moral. Yang dikhawatirkan adalah apabila dampak negatif dari internet timbul berupa ketagihan pornografi di internet. Karena saat ini, dengan mudahnya seseorang mengakses situs pornografi dan melihat gambar-gambar porno tanpa malu. Dan sampai menyimpannya di telepon genggam agar lebih mudah dilihat. Dikatakan oleh psikolog anak, Roslina Verauli MPsi bahwa anak yang memasuki usia remaja memiliki keingintahuan yang sangat tinggi. Itu sebabnya, apabila saat ini marak terjadi penyebaran video atau foto yang berbau pornografi, maka bisa saja anak ikut penasaran dan mencari tahu, bahkan ingin melihat seperti apa video atau foto yang banyak dicari dan dibicarakan orang ini.
Pornografi di Kalangan Remaja
Riset yang dilakukan oleh para peneliti dari University of New Hampshire melaporkan 42 persen dari pengguna Internet yang berusia 10 hingga 17 tahun mengaku telah menyaksikan pornografi online. Namun, 66 persen dari responden yang melihat pornografi itu mengaku melakukannya secara tidak sengaja. Dalam riset tersebut pornografi didefinisikan sebagai gambar dari orang telanjang atau yang sedang berhubungan seks. Riset dilakukan antara Maret hingga Juni 2005. Kebanyakan anak-anak yang dilaporkan melihat gambar-gambar terlarang berusia antara 13-17 tahun. Namun ini bukan berarti anak-anak berusia 10 dan 11 tahun luput dari hal itu. Sebanyak 17 persen anak laki-laki dan 16 persen anak perempuan 10-11 tahun juga melihat pornografi online. Lebih dari sepertiga anak lelaki berusia 16 dan 17 tahun yang disurvey mengemukakan bahwa mereka sengaja mengunjungi situs esek-esek. Sebaliknya, pada anak perempuan angka itu hanya mencapai 8 persen.
Secara keseluruhan, 34 persen responden mengaku tak menginginkan tayangan pornografi online. Angka ini meningkat dari 25 persen pada 2005.
Sumber ‘pornografi tak sengaja’ utama bagi anak-anak adalah program berbagi file. Namun terpaan pornografi juga dialami anak-anak lewat jalur ‘normal’ seperti e-mail, chatting, atau game online.
Tanda - Tanda Anak Kecanduan Pornografi
Menurut psikolog keluarga Elly Risman, Psi, setidaknya ada delapan tanda seorang anak atau remaja yang keranjingan gambar, film atau materi berbau pornografi.
Inilah ciri-ciri anak yang sudah teradiksi pornografi:
1. Suka menyendiri.
2. Bicara tidak melihat mata lawan bicara.
3. Prestasi di sekolah menurun.
4. Suka berbicara jorok.
5. Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dengan sengaja bagian-bagian tubuh tertentu, dll).
6. Suka berkhayal tentang pornografi.
7. Banyak minum dan banyak pipis.
8. Suka menonton, bila dihentikan akan mengamuk (tantrum).
Sementara itu, Randall F Hyde, PhD, pakar penanganan adiksi pornografi, memberikan beberapa cara mendeteksi anak atau remaja yang telah teradiksi pornografi:
1. Catatan history (di komputer) menunjukkan banyak web yang berhubungan dengan pornografi.
2. Para orang tua juga dapat menggunakan teknik yang disebut “tinta tumpah”. Tumpahkan tinta di kertas dan minta anak menyebutkan gambar apa yang tercipta melalui tumpahan tinta tersebut. Karena hal yang ia jelaskan merupakan asosiasi dari realita yang ia ketahui.
3. Minta anak untuk menggambar dirinya (laki-laki atau perempuan). Orang tua patut curiga kalau seorang anak mampu menggambar dan menerangkan dengan baik bagian-bagian tubuh tertentu di luar pengetahuan seksual anak seusianya.
Mencegah Pornografi di Kalangan Remaja
Cara untuk melindungi remaja dari bahaya situs pornografi adalah menyadari apa yang terjadi dengan mereka, dan dalam keluarga, serta membuatnya aman bagi mereka untuk berbicara dengan orang tua. Sebagian besar anak dan remaja tidak menderita kecanduan seks. Dan ketika mereka melakukannya, masalah ini biasanya masalah-masalah rahasia atau disembunyikan sekunder lainnya dalam keluarga yang mempengaruhi mereka, yang harus menjadi fokus pengobatan bersama dengan gejala remaja itu.
Peran keluarga sangatlah penting dalam mencegah pornografi di kalangan remaja, sebagai orang tua sangatlah dianjurkan untuk :
1. Menjalin komunikasi yang lebih dekat.
2. Bermain merupakan cara efektif menimbulkan ikatan batin yang membuat anak terproteksi dari hal buruk.
sumber : http://teknologi.kompasiana.com/group/internet/2010/10/27/pornografi-di-kalangan-remaja/
0 comments:
Post a Comment