dalam film The Last Samurai (2003), diceritakan salah seorang menteri kaisar Jepang, Katsumoto menolak modernisasi secara drastis di Jepang. Ia berpegang pada kode-kode lama, kode yang yang sulit dipahami sebagian orang. Kesetiaannya pada kekaisaran Jepang tak mudah dipahami oleh sebagian besar orang sezamannya.
Tak mirip memang, tetapi saya merasa ada kesamaan antara Mas Penewu Suraksohargo dengan Katsumoto. Keduanya sama-sama pengabdi pada kerajaan yang berusaha bertahan dalam terpaan modernisasi. Katsumoto mengabdi di Jepang, Suraksohargo yang lebih dikenal sebagai Mbah Maridjan mengabdi pada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Katsumoto mati dalam perlawanan menolak modernisasi terlalu drastis, sembari menunjukkan kesetiaan pada tugas sebagai guru dan penasihat bagi kaisar. Kematiannya dimaksudkan sebagai nasihat terakhir pada Kaisar.
Suraksohargo wafat, Rabu (27/10) dalam posisi bersujud di rumahnya. Sebagian menganggapnya bebal tidak mau mengungsi saat Merapi aktif dan memuntahkan awan panas. Kebebalan itu tak hanya merengut nyawanya, tetapi juga orang lain di sekitar rumahnya di dusun Kinahrejo.
Sebagian lagi menganggap pria yang akrab disapa Mbah Maridjan itu teguh menjalankan tugasnya sebagai juru kunci Merapi sampai nafas terakhir. Juru kunci tentu saja bertugas menutup atau membuka pintu. Selama masih ada orang, tak mungkin pintu ditutup.
Mbah Maridjan tahu betul arti tugas itu saat menerimanya dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tahun 1982. Ia harus menjadi orang terakhir yang mengungsi saat Merapi bangun. Beberapa kawan yang berada di sekitar Merapi mengatakan, pria itu sudah sekuat tenaga meminta penduduk mengungsi. Ada yang menuruti permintaannya, ada yang memilih bertahan.
Untuk yang bertahan, tak ada daya pada Suraksohargo untuk meminta mereka menjauh. Suraksohargo juga tahu tak ada daya menolak maut yang datang dengan rupa wedhus gembel. Ia hanya berserah diri saat maut datang menjemput. Ia bersujud di bentar terakhir hidupnya.
Sebagian masih mencaci kebebalannya. Sebagian mulai mengerti pelajaran yang ditinggalkan di masa akhir hidupnya. Jangan meninggalkan amanat, walau maut datang. Saat semua di luar kuasa diri, berserahlah pada yang maha kuasa
Selamat jalan mbah…
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/27/suraksohargo/
0 comments:
Post a Comment