Tanggal 1 Oktober 2010, merupakan hari peringatan Kesaktian Pancasila. Hari ini aku termenung. Apakah Pancasilaku masih “sakti”? Apakah kekuatan pengaruh ideologinya masih terbukti? Sepertinya Pancasilaku sedang sakit. Sedang melemah.
Mungkin tulisan ini sudah telat satu hari kejadian, tapi tidak ada salahnya bagi kita membaca kembali tulisan ini
Hari ini tanggal 1 Oktober 2010, merupakan hari peringatan Kesaktian Pancasila. Hari ini aku termenung. Apakah Pancasilaku masih “sakti”? Apakah kekuatan pengaruh ideologinya masih terbukti? Sepertinya Pancasilaku sedang sakit. Sedang melemah. Berkurang kekuatannya. Sepertinya pita yang dicengkeram di kaki Garudaku sudah terlepas dan tercecer entah dimana. Terlepas dan tercecer karena Garudaku sedang sakit mungkin. Entahlah..
Pita yang bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika”, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, pita yang tulisannya selama ini menjadi semboyan hidup bangsa ini. Entah ada dimana pita itu kini. Aku sudah tidak merasakan pengaruh kekuatannya.
Yang membuat Pancasilaku menjadi sakti adalah karena Ideologinya merasuk, mendarah daging dan menguasai setiap rakyat yang tinggal di Republik ini. Pengaruh kekuatannya teruji, terbukti, karena ia dijunjung tinggi. Tapi bagaimana dengan sekarang? Sepertinya kesaktian Pancasilaku sudah berkurang. Nampaknya rakyat di bangsa ini sudah mulai melupakan falsafah hidupnya, sudah tidak lagi berdasarkan Pancasila, sudah dilupakan atau terlupakan, aku tak tau. Sila-silanya yang hanya ada 5 sepertinya sudah mulai dilupakan. Apakah bangsa ini masih berketuhanan? Masih adil dan beradab? Masih bersatu? Yang jelas aku melihat perbedaan yang ada di bangsa ini seringkali bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang memperkaya bangsa ini. Perbedaan sudah menjadikan tindakan anarkis bukan lagi sebagai sesuatu yang haram. Kerusuhan etnis, kerusuhan agama mulai merebak. Aku tak tahu lagi apakah Pancasilaku sudah memasuki tahap kritis ataukah sedang berusaha untuk pulih dan bangkit. Rakyat sudah sangat sukar untuk memperoleh keadilan. Sulit untuk bermusyawarah lagi. Anak-anak terlantar semakin banyak dan tidak terpelihara oleh negara. Kebebasan beragama sulit untuk diterapkan. Dan masih ada banyak lagi kesakitan-kesakitan dari bangsa ini.
Tak tahu ada berapa persen rakyat yang masih memandang Pancasila sebagai sesuatu yang pantas untuk dipertahankan dan dijadikan falsafah dan dasar hidup berbangsa dan bernegara. Aku merindukan Garudaku terbang dengan gagah. Aku merindukan Pancasilaku kembali bersinar dengan kekuatannya yang hebat.
Semoga di hari peringatan Kesaktian Pancasila ini banyak rakyat yang kembali merenungkan Pancasilaku, kembali menghormatinya, kembali mengingat ideologinya yang mempersatukan.
Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila…
sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/01/pancasilaku-tak-sakti-lagi/
Hari ini tanggal 1 Oktober 2010, merupakan hari peringatan Kesaktian Pancasila. Hari ini aku termenung. Apakah Pancasilaku masih “sakti”? Apakah kekuatan pengaruh ideologinya masih terbukti? Sepertinya Pancasilaku sedang sakit. Sedang melemah. Berkurang kekuatannya. Sepertinya pita yang dicengkeram di kaki Garudaku sudah terlepas dan tercecer entah dimana. Terlepas dan tercecer karena Garudaku sedang sakit mungkin. Entahlah..
Pita yang bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika”, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, pita yang tulisannya selama ini menjadi semboyan hidup bangsa ini. Entah ada dimana pita itu kini. Aku sudah tidak merasakan pengaruh kekuatannya.
Yang membuat Pancasilaku menjadi sakti adalah karena Ideologinya merasuk, mendarah daging dan menguasai setiap rakyat yang tinggal di Republik ini. Pengaruh kekuatannya teruji, terbukti, karena ia dijunjung tinggi. Tapi bagaimana dengan sekarang? Sepertinya kesaktian Pancasilaku sudah berkurang. Nampaknya rakyat di bangsa ini sudah mulai melupakan falsafah hidupnya, sudah tidak lagi berdasarkan Pancasila, sudah dilupakan atau terlupakan, aku tak tau. Sila-silanya yang hanya ada 5 sepertinya sudah mulai dilupakan. Apakah bangsa ini masih berketuhanan? Masih adil dan beradab? Masih bersatu? Yang jelas aku melihat perbedaan yang ada di bangsa ini seringkali bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang memperkaya bangsa ini. Perbedaan sudah menjadikan tindakan anarkis bukan lagi sebagai sesuatu yang haram. Kerusuhan etnis, kerusuhan agama mulai merebak. Aku tak tahu lagi apakah Pancasilaku sudah memasuki tahap kritis ataukah sedang berusaha untuk pulih dan bangkit. Rakyat sudah sangat sukar untuk memperoleh keadilan. Sulit untuk bermusyawarah lagi. Anak-anak terlantar semakin banyak dan tidak terpelihara oleh negara. Kebebasan beragama sulit untuk diterapkan. Dan masih ada banyak lagi kesakitan-kesakitan dari bangsa ini.
Tak tahu ada berapa persen rakyat yang masih memandang Pancasila sebagai sesuatu yang pantas untuk dipertahankan dan dijadikan falsafah dan dasar hidup berbangsa dan bernegara. Aku merindukan Garudaku terbang dengan gagah. Aku merindukan Pancasilaku kembali bersinar dengan kekuatannya yang hebat.
Semoga di hari peringatan Kesaktian Pancasila ini banyak rakyat yang kembali merenungkan Pancasilaku, kembali menghormatinya, kembali mengingat ideologinya yang mempersatukan.
Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila…
sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/01/pancasilaku-tak-sakti-lagi/
0 comments:
Post a Comment