"Dom Helder Camara jauh-jauh hari menyatakan kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan baru. Kekerasan yang dibalas kekerasan hanya akan menghasilkan spiral kekerasan tanpa ujung. Kekerasan dibalas kasih memang tidak serta menghasilkan kasih juga. Tetapi, ada peluang mencegah kekerasan baru dilahirkan"
Di Milan, setidaknya 20 tahun sudah 100.000 muslim menanti izin pembangunan masjid. Sampai sekarang izin itu tidak kunjung terbit. Bahkan, ada pejabat pemerintah setempat pernah mengusulkan referendum untuk menentukan izin bisa diberikan atau tidak. Usulan yang tidak pernah mengemuka sat sinagog atau gereja akan didirikan.
Di New York, publik menolak pembangunan masjid di sekitar ground zero. Bahkan, publik mempertanyakan kekristenan Barrack Obama saat menyatakan setiap orang bebas menjalankan ritual agamanya, terkait pembelaan atas pembangunan masjid itu. Di Sidney, publik menolak pembangunan semacam pesantren modern.
Di Ciketing, publik menolak pembangunan gereja HKBP.
Semua fakta itu menunjukkan toleransi bukan persoalan di Bekasi saja. Toleransi adalah PR yang harus dikerjakan semua masyarakat heterogen. Indonesia, Italia, Australia, Amerika Serikat punya PR itu. Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu punya PR itu.
Betul ada fakta sekelompok orang di Bekasi yang memilih jalan kekerasan untuk menjawab ketegangan antarpemeluk agama. Tetapi, mereka tidak dapat disebut mewakili wajah ratusan juta muslim lain di Indonesia. Betul ada sekelompok orang yang setuju dengan jalan teror atas nama agama. Tetapi, jauh lebih banyak yang menolak dan mengecam jalan itu.
Dom Helder Camara jauh-jauh hari menyatakan kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan baru. Kekerasan yang dibalas kekerasan hanya akan menghasilkan spiral kekerasan tanpa ujung. Kekerasan dibalas kasih memang tidak serta menghasilkan kasih juga. Tetapi, ada peluang mencegah kekerasan baru dilahirkan
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/03/toleransi/
Di New York, publik menolak pembangunan masjid di sekitar ground zero. Bahkan, publik mempertanyakan kekristenan Barrack Obama saat menyatakan setiap orang bebas menjalankan ritual agamanya, terkait pembelaan atas pembangunan masjid itu. Di Sidney, publik menolak pembangunan semacam pesantren modern.
Di Ciketing, publik menolak pembangunan gereja HKBP.
Semua fakta itu menunjukkan toleransi bukan persoalan di Bekasi saja. Toleransi adalah PR yang harus dikerjakan semua masyarakat heterogen. Indonesia, Italia, Australia, Amerika Serikat punya PR itu. Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu punya PR itu.
Betul ada fakta sekelompok orang di Bekasi yang memilih jalan kekerasan untuk menjawab ketegangan antarpemeluk agama. Tetapi, mereka tidak dapat disebut mewakili wajah ratusan juta muslim lain di Indonesia. Betul ada sekelompok orang yang setuju dengan jalan teror atas nama agama. Tetapi, jauh lebih banyak yang menolak dan mengecam jalan itu.
Dom Helder Camara jauh-jauh hari menyatakan kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan baru. Kekerasan yang dibalas kekerasan hanya akan menghasilkan spiral kekerasan tanpa ujung. Kekerasan dibalas kasih memang tidak serta menghasilkan kasih juga. Tetapi, ada peluang mencegah kekerasan baru dilahirkan
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/03/toleransi/
0 comments:
Post a Comment